cold yet warm - untitledpage - 방탄소년단 | Bangtan Boys (2024)

♫ Now playing │ Autumn Leaves — BTS

Yoongi memutar pintu kamar mandi, dengan tangan kiri mengusap handuk pada rambut-rambutnya. Matanya terbuka ketika melihat sesosok gadis bersurai ungu gelap di atas kasurnya━dengan santai menonton televisi sambil melahap cemilan ringan.

Yoongi menghela napas dan hendak mengucap suara, namun manik co*kelat tersebut menangkap tatapannya lebih dahulu. Sang gadis tampak terkejut dan langsung mengalihkan pandangan pada layar kotak di atas meja. Ganti dia yang menghela napas, tapi kali ini bercampur sedikit tekanan.

“Pakai bajumu, Yoon.”

Suruhan sang gadis membuat Yoongi sadar dengan keadaan tubuhnya. Dia hanya menatap datar lalu melangkah ke lemari pakaiannya yang tak jauh dari pintu kamar mandi. Yoongi menggantungkan handuknya di pintu lemari, lalu mengambil potongan baju berwarna hitam.

“Pakaikan.”

Sontak sang gadis melotot. “Pakai sendiri! Sudah besar, kan?”

Yoongi mengedikkan bahu, lalu meloloskan baju itu ke tubuhnya. Ada sedikit ekspresi puas karena berhasil menjahili gadis kecil itu. Dia menutup pintu lemari lalu mengusapkan handuk putih ke rambutnya lagi.

“Kenapa ke sini? Sudah malam.”

“Yoora mau istirahat,” ucap gadis kecil itu━Park Yoora━sambil memeluk bantal dengan manja. Kedua pupil matanya tidak lepas dari sosok Yoongi.

sem*ntara lelaki itu tidak peduli, justru berjalan menghadap cermin dan masih mengeringkan surai abu tuanya. “Terus?”

“Aku mengantuk,” jawab Yoora singkat, berharap lelaki dingin itu mengerti.

“Balik ke kamarmu sana.”

“Kamarku jauh dan lorong hotel sudah gelap.”

“Penakut.”

Yoora cemberut. Padahal dia ingin lelaki itu sedikit lebih peka, namun yang didapat malah ejekan sarkas khas Yoongi. Ditambah tatapan dingin dan perlakuan tidak acuhnya. Dia jadi memainkan bantal putihnya dengan asal.

“Makanya aku gak mau balik.”

Yoongi menghentikan aksi usap-mengusapnya. Dirasa cukup, dia menggantungkan handuknya di pegangan kursi santai. Selanjutnya mengambil ponsel yang berdering di atas meja, lalu membaca pesan-pesan masuk. Sejenak Yoongi melirik Yoora. “Kalau begitu, gimana caranya kamu ke sini, hah?”

Yoora mengetuk-ngetukkan jari telunjuk ke dagunya. “Ng… berjalan.”

Yoongi tidak menghiraukan jawaban Yoora dan tetap melanjutkan pesan percakapan dengan salah satu anggota grupnya. Lama-lama Yoora mengikuti kebiasaan bicara Yoongi. Sarkas, singkat, dan terkadang melantur.

“Jungkook mencarimu.”

“Gak peduli.”

“Harusnya kamu tidur sama Jungkook.”

“Maunya sama Yoongi.”

Omongan Yoora yang terdengar melantur, justru berhasil membuat perhatian Yoongi buyar. Sebisa mungkin dia tetap menjaga raut datarnya. Dihempaskan tubuhnya ke atas kasur━duduk di tepi yang jauh dari Yoora. “Kamu baru delapan belas tahun. Nanti aku lapor ke Jungkook.”

Yoora tidak peduli dengan ancaman itu, lalu menaruh bantalnya di sandaran kasur. “Bilang aja. Oppa gak akan marah.”

“Bocah nakal,” komentar Yoongi sambil mengetikkan balasan yang sesuai untuk Jungkook.

Dengan keberanian, Yoora mendekat ke arah Yoongi dan duduk persis di belakangnya. Bermaksud iseng, dia meletakkan dagunya di atas bahu lelaki dingin itu, lalu ikut memandangi layar ponsel. “Oh, Jungkook-oppa,” ucap Yoora sangat pelan—hampir berbisik.

Kemudian mereka terdiam. Apalagi tangan Yoongi mendadak kaku, tak bisa mengetikkan balasan ketika deru napas sang gadis menerpa tengkuknya. Hangat dan sangat lembut bagi lelaki yang hanya berucap saat ditanya itu.

Tiba-tiba kedua tangan Yoora melingkar di depan perut Yoongi, lalu mengait satu sama lain. Kepala Yoora jadi bersandar saat dekapan itu semakin erat. Yoongi tidak tahu harus berbuat apa, jadi yang dia lakukan hanya diam━walau tak menutup kemungkinan dia menikmatinya. Kepala Yoora bergerak-gerak dan surai panjangnya membuat Yoongi geli, tapi dia tak mempermasalahkan itu sedikit pun.

Yoora memejamkan matanya. “Aku udah sering tidur bareng Jungkook-oppa. Kalau sama Yoon, kan, belum pernah.”

“Ya sudah, sana tidur.”

Yoongi masih bisa membalas ucapan Yoora dengan tidak peduli. Bahkan tangan kanannya melepaskan dekapan hangat dari sang gadis━membuat bibir itu melengkung turun. Dia pikir, Yoon-nya akan sedikit melunak. Saat Yoongi kembali sibuk dengan ponselnya, Yoora mengambil bantalnya dan berdekap diri. Lalu dia berjalan lambat ke arah pintu.

Setelah sampai di depan pintu, Yoora menoleh lagi ke arah kasur━berharap yang dia inginkan terwujud. Namun sampai dia memutar kenop pintu, Yoongi sama sekali tidak berkutik dari duduknya. Karena kesal, akhirnya Yoora menutup pintu dengan tekanan.

Di luar kamar, Yoora menghela napasnya pelan. Dia mengerti, sifat Yoongi memang seperti itu. Namun untuk sekarang, dia hanya ingin perhatian Yoongi. Tur konser dari pagi tadi memang melelahkan, dan Yoora butuh Yoongi untuk menerima sedikit energi. Iris co*kelat Yoora bergerak menyusuri lorong hotel yang sepi, gelap, dan terlihat menyeramkan. Yoora mengeratkan dekapan pada bantalnya. Memang benar yang dikatakan Yoongi bahwa gadis kecil itu penakut.

Sekelebat memori masa-masa dulu menghampiri pikiran Yoora. Dua tahun yang lalu, di saat Yoora pertama kali beradu akting sekaligus merasakan istilah ‘cinta lokasi’. Lalu berlanjut di saat Yoora debut dan mereka bernaung di agensi yang sama. Mereka jadi sering bertemu dan terlibat dalam pekerjaan yang sama. Dan berlanjut hingga sekarang, di saat mereka bisa berpadu kasih tanpa kecurigaan media.

Di dalam kamar, Yoongi baru sadar saat suara pintu menggema. Reflek dia menoleh ke arah suara dan tidak menemukan sosok Yoora. Lelaki itu memikirkan kata-katanya pada Yoora barusan. Mungkin gadis kecil itu mengira dia mengusirnya━dan yang paling parah dianggap pengganggu. Yoongi menatap layar ponselnya. Tertera jelas percakapannya dengan Jungkook barusan.

Jeon Jungkook

< jangan berbuat macam-macam, hyung

kau pikir aku apa? >

< kalau ra-ya kenapa-kenapa, aku salahkan hyung :D

hm >

dia tidak mau kembali ke kamarnya >

< tentu saja

< dia takut gelap

< temani dia, hyung

dia bisa tidur denganmu >

< dari kecil aku yang menemaninya

< kali ini aku izinkan hyung untuk menggantikan peranku

Yoongi hanya sedikit cemburu ketika Jungkook dan Yoora mengatakan hal jika mereka sering tidur bersama. Dia iri dengan fakta bahwa seorang kakak lelaki akan lebih sayang dan peduli ketimbang pacarnya. Padahal Jungkook dan Yoora itu bukanlah saudara kandung secara biologis.

Pertengkaran kecil karena salah paham sudah sering menghampiri hubungan mereka. Perbedaan umur dan sifat yang sangat jauh mungkin menjadi inti penyebabnya. Terkadang pemikiran Yoongi yang matang, dipadu dengan pikiran gadis belasan tahun. Atau perilaku hangat Yoora, dibalas kelakuan tidak peduli Yoongi. Bohong jika Yoongi bilang tidak peduli, hanya saja dia sudah sering mengakui jika manis bukanlah gayanya. Dia juga bukan tipe orang yang hangat bagi pasangannya━karena Yoora sudah hangat menurutnya dan dia menyukai itu. Mereka memang terlahir seperti itu dan disatukan seperti itu juga.

Belum sampai lima menit, Yoongi menyerah dengan gengsinya. Dia menaruh ponselnya di atas meja, sekalian beranjak ke arah pintu. Lelaki tegap itu mempersiapkan diri untuk membuka kenop pintu depan kamar hotelnya.

Pintu terbuka, dan manik hitam pekat itu terkejut. Dilihatnya sesosok gadis kecil tengah duduk di samping pintu kamar hotelnya, sambil menyembunyikan wajah di balik bantal yang didekapnya. Kepala sang gadis semakin menunduk ketika telinganya mendengar sebuah suara yang berat dan terkesan dingin.

“Masuk. Di luar gelap.”

Yoora tidak memberikan respon apa-apa, tetap betah dengan posisi duduknya. Akhirnya Yoongi mengambil tindakan lain. Tanpa basa-basi lagi, dia langsung menarik tangan kanan Yoora.

Yoongi menuntun tangan Yoora untuk masuk ke kamar hotelnya. Gadis kecil itu tak memberi perlawan apapun. Dia menyukai sikap Yoongi━tersenyum kecil diam-diam di balik bantal di dekapannya.

Langkah pelan mereka berhenti di depan kasur. Yoongi membalik badannya menghadap Yoora tanpa melepaskan genggamannya. Lalu dia ambil bantal yang menghalangi pandangan keduanya dan menaruhnya di atas kasur. Yoongi terperangah saat menyadari air cantik yang hampir jatuh itu terbendung pada dua kelopak indah di hadapannya.

Mereka saling menatap, hingga Yoora duluan yang mengeluarkan suaranya. “Maaf, tadi aku━”

“Kenapa malah keluar? Tadi sudah kubilang untuk tidur,” Yoongi menyela, dengan nada jengkel terselip di sana.

“Ka-karena Yoongi menyuruh balik ke kamar,” balas Yoora sambil menundukkan kepalanya. Air mata mulai berjatuhan melewati pipi mulusnya. Dia sesenggukan. “A-aku mau balik, tapi takut gara-gara gelap.”

Sepasang tangan melingkari bahu Yoora dari depan. Ditariknya gadis kecil itu ke dalam dekapan Yoongi. Dia eratkan lagi, berharap dekapannya cukup menghangatkan hati yang tersakiti itu. Yoora terkejut, air matanya jatuh menderas.

“Aku yang salah. Maafkan aku.”

Yoora menenggelamkan wajahnya di balik bahu Yoongi, lalu balas mendekap pinggangnya. Yoongi merasakan bahunya basah. Lantas dia tepuk-tepuk punggung gadis kecil di pelukannya itu━berusaha menenangkan.

“A-aku takut Yoongi marah… hiks.”

Yoongi ganti mengelus-elus kepala Yoora sebentar, lalu merenggangkan dekapan mereka━bermaksud melihat wajah gadis kesayangannya itu. Dia gerakkan jari-jarinya untuk mengusap air mata Yoora. Gadis kecil itu mendongak, dan tatapannya terkunci oleh kedua manik hitam Yoongi. Mata yang terkesan dingin dan datar, mata yang selalu membuatnya ingin jatuh, dan mata yang diam-diam sering menatapnya penuh cinta.

Tangan Yoongi meraba-raba sekitar pipi Yoora. Setelah menyentuh antara rahang dan lehernya dengan pasti, perlahan dia tarik wajah itu untuk mendekat. Jantung Yoora mulai berdegup kencang. Reflek dia memejamkan matanya, menunggu yang diharapkan terjadi.

Tubuh Yoora seakan dialiri listrik ketika merasakan sesuatu yang panas-dingin menyapa bibirnya. Benda kenyal itu menyapu lembut tanpa pergerakan. Tanpa sadar tangan Yoora menekan erat pinggang Yoongi, sedikit reaksi akibat perlakuan tiba-tiba itu. Ini sudah kecupan yang kesekian kalinya. Namun sensasi aneh dan asing masih terasa. Lagipula Yoongi hanya menempelkan bibirnya, membuat jantung keduanya memompa lebih cepat.

Tak sampai sepuluh detik, Yoongi melepaskan tautan singkat di antara mereka. Yoora senang bisa bernapas dengan lega, namun wajahnya masih dihiasi semburat-semburat merah di sekitar pipinya. Yoongi tersenyum kecil━hal yang sangat jarang dilakukannya kepada orang selain Yoora, lalu menyentuh puncak-puncak kepala sang gadis. “Gak mungkin aku marah, kan?”

Yoora mengerucutkan bibirnya. Rona-rona di pipinya masih terlihat. “Ja-jangan begitu!” ucap Yoora malu-malu menolehkan kepalanya ke arah lain.

Pelukan itu merenggang. Yoongi memegang dagu Yoora dan memutarnya, membuat tatapan keduanya bertabrakan. “Minta dicium lagi, nih?”

Yoora langsung memukul perut Yoongi. “Enggak, ya!”

“Iya, iya, bercanda,” ucap Yoongi dengan raut puas. Dia melirik sekilas ke arah kasur. “Udah, tidur sana.”

Yoora mengangguk semangat. Dia menghempaskan tubuhnya di atas kasur dan menata bantalnya di sebelah bantal Yoongi. Diambilnya guling Yoongi, lalu tidur-tiduran sambil bermanja. “Yoon, ayo tidur.”

Yoongi mengerjapkan matanya. “Ke-kenapa di situ, hah?”

Yoora mengambil posisi tiduran menghadap ke samping arah Yoongi. “Terus mau di mana lagi?”

Yoongi ikut merebahkan dirinya di samping Yoora, namun menciptakan sedikit jarak. Gadis kecil itu malah mendekat lagi, membuat Yoongi panik. Reflek dia menahan bahu Yoora untuk tetap menjaga jarak. “Ja-jangan deket-deket, dong.”

“Lho, memangnya kenapa? Dingin tahu,” Yoora semakin merapatkan tubuhnya, mencari kehangatan yang selalu dipancarkan lelaki dingin itu.

Yoongi mengambil napas, bersumpah dalam hati kepada Jungkook untuk selalu menjaga Yoora. Akhirnya tangan itu memutuskan mengambil selimut tebal, lalu menyelimuti tubuh gadis kecil yang meringkuk di sampingnya. Yoora tersenyum senang, apalagi saat tangan besar Yoongi mendekap tubuhnya erat━mencoba membuat Yoora nyaman.

“Tidurlah,” ucap Yoongi, berbisik lembut di telinga sang gadis. “Besok kita akan berjuang lagi.”

“Iya,” balas Yoora pelan, lalu menenggelamkan wajahnya ke dada bidang Yoongi. Rasa kantuk langsung menghampiri dua raga yang kelelahan itu, dan keduanya terlelap dalam mimpi indah di tengah kerlap-kerlipnya malam.

fin.

cold yet warm - untitledpage - 방탄소년단 | Bangtan Boys (2024)
Top Articles
Latest Posts
Article information

Author: Foster Heidenreich CPA

Last Updated:

Views: 5865

Rating: 4.6 / 5 (56 voted)

Reviews: 95% of readers found this page helpful

Author information

Name: Foster Heidenreich CPA

Birthday: 1995-01-14

Address: 55021 Usha Garden, North Larisa, DE 19209

Phone: +6812240846623

Job: Corporate Healthcare Strategist

Hobby: Singing, Listening to music, Rafting, LARPing, Gardening, Quilting, Rappelling

Introduction: My name is Foster Heidenreich CPA, I am a delightful, quaint, glorious, quaint, faithful, enchanting, fine person who loves writing and wants to share my knowledge and understanding with you.